Rasi Bintang adalah konfigurasi khusus yang di bentuk berdasarkan garis-garis khayal di antara bintang-bintang yang berdekatan. Bentuk konfigurasi ini berbeda-beda dan seolah memiliki ruang tiga dimensi. Himpunan Astronomi Internasional telah menetapkan sebanyak 88 rasi bintang yang ada. Kesemua rasi tersebut berada dalam posisi yang berbeda-beda. Bentuk rasi bintang umumnya berdasarkan mitologi Yunani melalui simbol-simbol zodiak. Dari 88 rasi bintang yang ada, rasi bintang terluas aalah Hydra, sementara rasi bintang yang terkecil adalah Crux.
fulkiadli blog
11 June 2009
Gerardys Mercator
Jasa ilmuwan yang satu ini sangat besar. Gerardus Mercator (1512-1594) membuat terobosan dalam menciptakan peta dunia, tahun 1536. Ilmuwan Belgia yang lahir pada 5 Maret 1512 ini membuat peta dunia (globe) dengan nama The Map Of Flanders. Di tahun 1541 peta buatannya di lengkapi dengan garis lintang. Karena karyanya tersebut, Gerardus di anggap orang pali berjasa oleh Kaisar Charles V.
Air di Galaxi Lain
Para astronom dunia berhasil menemukan air di luar galaxi Bimasakti. Galaxi tersebut berada di sebuah galaksi yang jaraknya lebih dari 11 milyar tahun cahaya dari bumi. Sebelumnya, air paling jauh di temukan berada di galaksi yang berjarak 7 milyar tahun cahaya dari bumi. Tandaair tersebut berhasil di temukan menggunakan teleskop radio raksasa berdiameter 100 meter di Effelsberg, Jerman, dan Very Large Array milik National Science Foundation di New Mexico pada Desember 2008. Galaksi yang di perkirakan berair ini di kenal dengan nama MG J0414+0534. Sinyal air pertama kali di deteksi oleh teleskop Effelsberg dan kemudian di gunakan VLA untuk mempertajam kemampuan pencitraan yang bisa menkonfirmasi asal galaksinya.
20 March 2009
sembayang yang rebut
Heyy… sekarang saya mau bahas tentang salah satu tradisi di Belitung. Lanjutkan bacanya yaph..
Di daerah Belitung. Warga etnis keturunan Tionghoa lumayan banyak. Karenanya di pulau tersebut, banyak di temukan tradisi buadaya Tionghoa yang sudah memasyarakat. Satu di antaranya adalah tradisi yang di kenal dengan sembayang rebut. Mereka menyebutnya dengan Chit Ngiat Pan. Etnis keturunan Tionghoa mempercayai bahwa di setiap tanggal 15 bulan ke -7 tahun Imlek, pintu akherat terbuka. Selain itu, mereka percaya bahwa arwah-arwah yang berada di dalamnya akan gentayangan di dunia. Agar tidak menggangu, maka manusia harus menyiapkan berbagai makanan, pakaian, uang. Konon, sajian tersebut adalah bentuk sogokan bagi arwah tidak menimnbulkan kerusakan dan gangguan. Itulah kira-kira tujuan utama di selenggarakannya Sembayang Rebut.
Menjelang penyenglenggaraan, warga Tionghoa membawa berbagai makanan untuk kemudian di pajang di halaman kelenteng. Makanan dan sajian yang terkumpul di susun berjejer di atas altar yang besar. Ritual akan di mulai setelah banyak rang yang datang. Pada saat ini yang datang bukan saja dari etnis Tionghoa, tapi juga warga melayu yang berada di sekitar Belitung.
Prosesi ritual di mulai dengan pembakaran hio. Tentu di iringi dengan pembacaan-pembacaan doa oleh tokoh agama. Biasanya d mulai sore hari. Mekanya ketika matahari mulai tenggelam dan malam gelap. Suasana menjadi sangat khusuk. Pada waktu inilah warga tionghoa memanjatkan doa agar di tahun-tahun mendatang hidup mereka lebih bahagia dan di jauhkan dari segala bencana. Bencana dan musibah, menurut mereka datang dari arwah-arwah yang gentayangan. Karena itu merka harus di senangkan hatinya. Seru juga ya.
Menjelang tengah malam, ketika asap hio sudah menyelimuti klenteng, suasana masih hening. Arwah-arwah yang bergentayangan akan menghilnag di perkirakan sekitar tengan malam. Ini di tandai dengan pembakaran patung Thai Se Ja atau symbol “hantu Gede”. Barulah arwah-arwah gentayangan kembali ke hibitatnya, dan kehidupan manusia kembali normal. Lega deh!
Nah, inilah saat yang di tunggu warga yang sejak tadi hadir di sekitar kelenteng. Mereka langsung merangsek, siap memperebutkan sesaji yang ada. Makanya, tradisi ini di sebut dengan Sembah yang Rebut. Semua berebut. Mereka yang berebut percaya, makin banyak dapat barang dari sesaji, makin jauh pula dari musibah. Tak heran nih, di antara peserta hanya mendapatkan potongan-potongan makanan atau bendayang tidak lengkap.
Situasi yang ricuh, suasananya yang ramai adalah pemandangan tersendiri. Meski peserta saling sikut, mengerahkan tenaga demi mendapatkan sesuatu, tapi tidak heran jadi ketegangan atau tidakan anarkis sesame peserta. Mereka berebut tapi tidak saling menjatuhkan atau melukai. Selesai dengan aman.
Di daerah Belitung. Warga etnis keturunan Tionghoa lumayan banyak. Karenanya di pulau tersebut, banyak di temukan tradisi buadaya Tionghoa yang sudah memasyarakat. Satu di antaranya adalah tradisi yang di kenal dengan sembayang rebut. Mereka menyebutnya dengan Chit Ngiat Pan. Etnis keturunan Tionghoa mempercayai bahwa di setiap tanggal 15 bulan ke -7 tahun Imlek, pintu akherat terbuka. Selain itu, mereka percaya bahwa arwah-arwah yang berada di dalamnya akan gentayangan di dunia. Agar tidak menggangu, maka manusia harus menyiapkan berbagai makanan, pakaian, uang. Konon, sajian tersebut adalah bentuk sogokan bagi arwah tidak menimnbulkan kerusakan dan gangguan. Itulah kira-kira tujuan utama di selenggarakannya Sembayang Rebut.
Menjelang penyenglenggaraan, warga Tionghoa membawa berbagai makanan untuk kemudian di pajang di halaman kelenteng. Makanan dan sajian yang terkumpul di susun berjejer di atas altar yang besar. Ritual akan di mulai setelah banyak rang yang datang. Pada saat ini yang datang bukan saja dari etnis Tionghoa, tapi juga warga melayu yang berada di sekitar Belitung.
Prosesi ritual di mulai dengan pembakaran hio. Tentu di iringi dengan pembacaan-pembacaan doa oleh tokoh agama. Biasanya d mulai sore hari. Mekanya ketika matahari mulai tenggelam dan malam gelap. Suasana menjadi sangat khusuk. Pada waktu inilah warga tionghoa memanjatkan doa agar di tahun-tahun mendatang hidup mereka lebih bahagia dan di jauhkan dari segala bencana. Bencana dan musibah, menurut mereka datang dari arwah-arwah yang gentayangan. Karena itu merka harus di senangkan hatinya. Seru juga ya.
Menjelang tengah malam, ketika asap hio sudah menyelimuti klenteng, suasana masih hening. Arwah-arwah yang bergentayangan akan menghilnag di perkirakan sekitar tengan malam. Ini di tandai dengan pembakaran patung Thai Se Ja atau symbol “hantu Gede”. Barulah arwah-arwah gentayangan kembali ke hibitatnya, dan kehidupan manusia kembali normal. Lega deh!
Nah, inilah saat yang di tunggu warga yang sejak tadi hadir di sekitar kelenteng. Mereka langsung merangsek, siap memperebutkan sesaji yang ada. Makanya, tradisi ini di sebut dengan Sembah yang Rebut. Semua berebut. Mereka yang berebut percaya, makin banyak dapat barang dari sesaji, makin jauh pula dari musibah. Tak heran nih, di antara peserta hanya mendapatkan potongan-potongan makanan atau bendayang tidak lengkap.
Situasi yang ricuh, suasananya yang ramai adalah pemandangan tersendiri. Meski peserta saling sikut, mengerahkan tenaga demi mendapatkan sesuatu, tapi tidak heran jadi ketegangan atau tidakan anarkis sesame peserta. Mereka berebut tapi tidak saling menjatuhkan atau melukai. Selesai dengan aman.
Subscribe to:
Posts (Atom)